skip to main | skip to sidebar

Sumber Belajar Bahasa Indonesia

Berlatih dan Berbagi

  • Entries (RSS)
  • Comments (RSS)
  • Home
  • Bin 7
  • Bin 8
  • Bin 9

Jumat, 07 September 2012

Contoh : Cerpen Menarik untuk Pembelajaran Karakter

Diposting oleh SUMBER BELAJAR di 19.09 Label: Apresiasi Cerpen
Selamat Pagi Pak Guru! (Cerpen oleh : Ramdhani Nur)

Yah, inilah dunia yang diciptakan Pak Guru pada generasinya. Menghormati dan menyayangi ketidaknormalan. Pak Guru pun kadang trenyuh sendiri merengkuh dunianya ini.

“Selamat pagi Pak Guru!” “Selamat pagi anak-anak! Apakah saya mengajar disini?” “Bukaaan!!!” seru anak-anak serentak. “Hahaha!” gelegar pak Guru. Pak Guru keluar dari pintu kelas menyisakan tawa kecil di wajahnya.
Berapa tepatnya umur Pak guru, tidak ada yang benar-benar tahu. Bulan kemarin sepertinya anak-anak baru memberi kado sarung tenun sebagai hadiah ulang tahun. Cuma entah ulang tahun yang ke berapa. Dia sendiri lupa tanggal lahirnya. Yah anggap saja sudah 62 tahun. Kalau sekarang  sedikit pikun ya artinya wajar saja. “Selamat pagi Pak Guru!” “Selamat pagi Ajeng! Tidak masuk kelas?” “Saya Mutia Pak Guru!” “Oh maaf…. Huahahaha!” pak Guru pun berlalu.
Wah makin parah saja. Walaupun memang sudah berlangsung lama, tapi lupa pada anak didik sendiri rasanya keterlaluan. Bagaimana mungkin sampai tidak ingat pada anak-anak yang selalu dia temui hampir setiap hari. Atau juga mungkin bukan sekedar masalah ingatan yang makin berkurang, melainkan kaca mata yang mulai tidak sesuai lagi dengan usia.
Meski sesungguhnya, berkat menantunya yang bekerja di kantor dinas kesehatan kota, dia sudah berganti lebih dari tiga kacamata untuk lebih dari tiga jenis kefatalan mata yang diidapnya. Minus, rabun, katarak dan mungkin sekarang glaucoma. Meski sudah hampir 40 tahun mengajar dia sendiri agak kurang mengerti akan penyakit terakhir yang disebutkan sang menantu ketika keluar dari ruang pemeriksaan dokter mata. “Mesti dioperasi, Pak! Harus!” “Kalau tidak…?” “Lama-lama Bapak sama sekali tidak bisa melihat.” “Buta?” “Iya begitulah.” “Yah, sudahlah.” “Sudahlah bagaimana, Pak? Membiarkan mata Bapak jadi buta?” “Bapak masih bisa melihat kok. Itu motormu, itu patung KB, itu toko kelontong, itu apotek, ya kan? Hahaha!”
Tawanya sudah menjadi khas. Tidak keras tapi meyakinkan. Kebahagian, kecerian dan ketulusan seolah mengalir di dalamnya. Meracuni suasana siapa saja yang tersemprot oleh tawanya. Bisa jadi orang yang baru mengenalnya akan menganggap dia agak sedikit sedeng.
Tapi itu pasti salah, mereka terjebak dalam dunia yang menganut paham bahwa berlebihan adalah tidak normal. Dunia Pak Guru tidak begitu. Miftahul, muridnya yang duduk di kelas 4 badannya berlebihan. Di usianya yang ke-10 dia sudah harus menggusung 62 kg berat badannya. Pak Guru tidak pernah menganggapnya tidak normal. Atau Masturi yang murid kelas 5 yang warna kulitnya seperti lebih gelap dari papan tulis kapur. Dan Pak Guru selalu mengingatkan murid-muridnya untuk tidak melihat semua kelebihan itu sebagai sebuah ketidaknormalan.
“Kaki saya panjang sebelah,” aku Jumi. “Wah hampir sama dong, hanya saja kaki saya pendek sebelah,” salut  Iwan “Dari kecil wiwir saya sungwfing,” senyum Jasmadi. “Nggak apa-apa nanti kalau ada program operasi bibir sumbing, kamu ikutan ya bareng bapak saya!” celoteh Anisa.
Yah, inilah dunia yang diciptakan Pak Guru pada generasinya. Menghormati dan menyayangi ketidaknormalan. Pak Guru pun kadang trenyuh sendiri merengkuh dunianya ini. Membuatnya kian tersadar jika kepikunan, tawa yang berlebih dan kemudian kebutaan yang bakal menghampiri nanti, semuanya sudah bersandar pada dunia yang tepat.
“Pak Guru mau pensiun ya?” “Ini…?” “Hasnah Pak Guru, murid kelas 6.” “Oh, masuk Hasnah. Tidak ada pelajaran hari ini?” “Sekarang hari minggu Pak!” “Oh, hahaha! Pantas saja kamu tidak pakai seragam.” “Jadi Pak Guru akan pension?” “Nanti kalau umur bapak sudah 60.” “Umur Bapak sekarang berapa?” “Itulah masalahnya, Bapak tidak terlalu ingat. Tapi kata menantu Bapak, umur Bapak  sudah lewat 60.” “Artinya Bapak akan pension?” “Seharusnya begitu. Lagi pula bapak sudah sedikit pikun dan sukar melihat.” “Tapi Bapak tidak lupa dengan sejarah-sejarah yang sering Bapak ajarkan?” “Hahaha! Sejarah adalah diri Bapak dan Bapak tidak mungkin lupa diri kan? Lagi pula kenapa kamu mengkhawatirkan itu Hasnah?” “Saya cuma ingin memastikan kapan saya harus memberikan bunga ini kalau suatu saat Pak Guru akan pergi.”
Pak Guru senyap.
Pak Guru terisak. Air matanya melukiskan kenangan akan baktinya selama hampir 40 tahun demi pendidikan ini. Demi generasi yang dia bangun atas dasar pernghormatan dan kasih sayang terhadap perbedaan, kekurangan, kelebihan dan ketidaknormalan. Sekaligus kekhawatiran jika generasi ini tergerus oleh waktu dan kejamnya peradaban. Tapi Pak Guru bisa apa? Purna semua tugas, tuntas semua bakti. Kini adalah masa-masa dimana dia mesti tersenyum menerima bunga. Seperti sebuah simbol rasa cinta dan wewangi di pekuburan.
****** Cirebon, di suatu masa
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Sponsored

  • banners
  • banners
  • banners
  • banners

Pengunjung Online

Artikel

  • Apresiasi Cerpen (1)
  • Apresiasi Puisi (1)
  • BIN 7 (1)
  • BIN 8 (14)
  • BIN 9 (2)
  • Drama (1)
  • Fakta Opini (1)
  • Kebahasaan (2)
  • Kesastraan (6)
  • Ketatabahasaan (3)
  • Majas (1)
  • Menulis (1)
  • Pidato (1)
  • Surat (1)

Bahan Ajar Terminati

  • KONJUNGSI DALAM BAHASA INDONESIA
    Konjungsi Konjungsi =kata penghubung=kata sambung Fungsi konjungsi menghubungkan : 1. kata dengan kata 2.kalimat dengan kalimat 3. paragraf...
  • UNSUR EKSTRINSIK KARYA SASTRA
    Unsur Ektrinsik Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung memengaruhi bangunan ata...
  • UNSUR-UNSUR INTRINSIK KARYA SASTRA PROSA
      Pengantar Unsur intrinsik adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Pada umum...
  • PENGEMBANGAN RPP KELAS VIII SM GENAP
    RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP 1-12 ) Sekolah                         : SMPN   Mata Pelajaran             : Bah...
  • Contoh : Menulis Rangkuman Isi Buku
    Standar Kompetensi: 12. Mengungkapkan informasi dalam bentuk rangkuman, teks, berita, slo gan/poster. Kompetensi Dasar: 12.1. Menulis ran...
  • Langkah Merefleksi Puisi
    Langkah merefleksi puisi ( memparafrase/memprosakan puisi) Carilah kata-kata bermakna konotasi/kata bermakna kias/makna lain/makna bu...
  • BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ULANGAN TENGAH SEMESTER SEMESTER GENAP ( PAKET C )
    1.        (1) Udara di Malang terasa dingin. (2) Kali ini dinginnya melebihi hari-hari sebelumnya. (3) dinginnya udara di Bogor mencapai 24...
  • Contoh Penulisan Unsur Surat Resmi
    1 .  Kepala Surat    PEMERINTAH  KOTA  M...
  • UKK BIN PAKET B 2012
    ( Bacalah penggalan cerpen di bawah ini dengan cermat untuk soal nomor 1, 2, dan 3 )! Tapi itu pasti salah, mereka terjebak dalam dunia y...
  • Contoh : Cerpen Menarik untuk Pembelajaran Karakter
    Selamat Pagi Pak Guru! (Cerpen oleh : Ramdhani Nur) Yah, inilah dunia yang diciptakan Pak Guru pada generasinya. Menghormati dan menyayan...

Buku Tamu

Followers


KELAS BINAAN 1

KELAS BINAAN 2

KELAS BINAAN 3

Statistik Pengunjung

Diberdayakan oleh Blogger.

Belajar Mendongeng

Mengenai Saya

Foto saya
SUMBER BELAJAR
Malang, Jawa Timur, Indonesia
Sumber Belajar adalah alternatif media belajar bagi para siswa tentang mata pelajaran bahasa Indonesia yang dipilih dari berbagai sumber dengan topik-topik yang disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku
Lihat profil lengkapku

PENGEVIEW TIDARVI


Piketnol Jembatan Lawas

Cari Blog Ini

 

© 2010 My Web Blog
designed by DT Website Templates | Bloggerized by Shies Adja | Shies Adja